Shalat duha merupakan salah satu diantara
shalat-shalat sunah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Banyak sekali
penjelasan hadits yang telah menyebutkan berbagai keutamaan dan keistimewaan
shalat Dhuha bagi siapa saja yang melaksanakannya. Berikut ini adalah beberapa
hadits Rasulullah Muhammad saw yang menceritakan tentang keutamaan shalat
Dhuha, di antaranya:
1. Sedekah bagi seluruh persendian tubuh manusia
Dari
Abu Dzar al-Ghifari ra, ia berkata bahwa Nabi Muhammad saw bersabda:
“Di setiap sendiri seorang dari kamu terdapat sedekah, setiap
tasbih (ucapan subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (ucapan
alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan lailahaillallah) adalah
sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah,
mencegah dari kemungkaran adalah sedekah. Dan dua rakaat Dhuha diberi pahala”
(HR Muslim).
2. Ghanimah (keuntungan) yang besar
Dari
Abdullah bin `Amr bin `Ash radhiyallahu `anhuma, ia berkata:
Rasulullah
saw mengirim sebuah pasukan perang.
Nabi saw berkata: “Perolehlah keuntungan (ghanimah) dan cepatlah kembali!”.
Mereka
akhirnya saling berbicara tentang dekatnya tujuan (tempat) perang dan banyaknya
ghanimah (keuntungan) yang akan diperoleh dan cepat kembali (karena dekat
jaraknya).
Lalu
Rasulullah saw berkata; “Maukah kalian aku tunjukkan kepada tujuan paling dekat
dari mereka (musuh yang akan diperangi), paling banyak ghanimah (keuntungan)
nya dan cepat kembalinya?”
Mereka
menjawab; “Ya!
Rasul
saw berkata lagi:
“Barangsiapa yang berwudhu’, kemudian masuk ke dalam masjid untuk
melakukan shalat Dhuha, dia lah yang paling dekat tujuanannya (tempat
perangnya), lebih banyak ghanimahnya dan lebih cepat kembalinya.”
(Shahih al-Targhib: 666)
3. Sebuah rumah di surga
Bagi
yang rajin mengerjakan shalat Dhuha, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di
dalam surga. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits Nabi Muahammad saw:
“Barangsiapa yang shalat Dhuha sebanyak empat rakaat dan empat
rakaat sebelumnya, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di surga.”
(Shahih al-Jami`: 634)
4. Memeroleh ganjaran di sore hari
Dari
Abu Darda’ ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw berkata:
Allah
ta`ala berkata: “Wahai anak Adam, shalatlah untuk-Ku empat
rakaat dari awal hari, maka Aku akan mencukupi kebutuhanmu (ganjaran) pada sore
harinya” (Shahih al-Jami: 4339).
Dalam
sebuah riwayat juga disebutkan: “Innallaa `azza wa jalla yaqulu: Yabna adama
akfnini awwala al-nahar bi’arba`i raka`at ukfika bihinna akhira yaumika”
(Sesungguhnya
Allah `Azza Wa Jalla berkata: “Wahai anak Adam, cukuplah bagi-Ku empat rakaat
di awal hari, maka aku akan mencukupimu di sore harimu”).
5. Pahala Umrah
Dari
Abu Umamah ra bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Barang siapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci untuk
melaksanakan shalat wajib, maka pahalanya seperti seorang yang melaksanakan
haji. Barang siapa yang keluar untuk melaksanakan shalat Dhuha, maka pahalanya
seperti orang yang melaksanakan `umrah…” (Shahih al-Targhib:
673).
Dalam
sebuah hadits yang lain disebutkan bahwa Nabi saw bersabda:
“Barang siapa yang mengerjakan shalat fajar (shubuh) berjamaah,
kemudian ia (setelah usai) duduk mengingat Allah hingga terbit matahari, lalu
ia shalat dua rakaat (Dhuha), ia mendapatkan pahala seperti pahala haji dan
umrah; sempurna, sempurna, sempurna..” (Shahih al-Jami`:
6346).
6. Ampunan Dosa
“Siapa pun yang melaksanakan shalat dhuha dengan langgeng, akan
diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih di lautan.”
(HR Tirmidzi).
Semoga
sedikit kutipan mengenai Rahasia dan Keutamaan Shalat Dhuha ini bisa membuat
kita lebih giat lagi dalam menjalankan shalat dhuha, dan bagi yang belum
melaksanakannya bisa memulai untuk menjalankannya… Aamiin…
Banyak
yang belum memahami keutamaan shalat yang satu ini. Ternyata shalat Dhuha bisa
senilai dengan sedekah dengan seluruh persendian. Shalat tersebut juga akan
memudahkan urusan kita hingga akhir siang. Ditambah lagi shalat tersebut bisa
menyamai pahala haji dan umrah yang sempurna. Juga shalat Dhuha termasuk shalat
orang-orang yang kembali taat.
Di
antara keutamaan shalat Dhuha adalah:
Pertama:
Mengganti sedekah dengan seluruh persendian
Dari
Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,
يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ
أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ
وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ
بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ
ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى
“Pada
pagi hari diharuskan bagi seluruh persendian di antara kalian untuk bersedekah.
Setiap bacaan tasbih (subhanallah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahmid
(alhamdulillah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahlil (laa ilaha illallah)
bisa sebagai sedekah, dan setiap bacaan takbir (Allahu akbar) juga bisa sebagai
sedekah. Begitu pula amar ma’ruf (mengajak kepada ketaatan) dan nahi mungkar
(melarang dari kemungkaran) adalah sedekah. Ini semua bisa dicukupi (diganti)
dengan melaksanakan shalat Dhuha sebanyak 2 raka’at” (HR. Muslim no.
720).
Padahal
persendian yang ada pada seluruh tubuh kita sebagaimana dikatakan dalam hadits
dan dibuktikan dalam dunia kesehatan adalah 360 persendian. ‘Aisyah pernah
menyebutkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إِنَّهُ خُلِقَ كُلُّ إِنْسَانٍ
مِنْ بَنِى آدَمَ عَلَى سِتِّينَ وَثَلاَثِمَائَةِ مَفْصِلٍ
“Sesungguhnya
setiap manusia keturunan Adam diciptakan dalam keadaan memiliki 360 persendian”
(HR. Muslim no. 1007).
Hadits
ini menjadi bukti selalu benarnya sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Namun sedekah dengan 360 persendian ini dapat digantikan dengan shalat Dhuha
sebagaimana disebutkan pula dalam hadits dari Buraidah, beliau mengatakan bahwa
beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
أَبِى بُرَيْدَةَ يَقُولُ سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « فِى الإِنْسَانِ سِتُّونَ
وَثَلاَثُمِائَةِ مَفْصِلٍ فَعَلَيْهِ أَنْ يَتَصَدَّقَ عَنْ كُلِّ مَفْصِلٍ
مِنْهَا صَدَقَةً ». قَالُوا فَمَنِ الَّذِى يُطِيقُ ذَلِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ
« النُّخَاعَةُ فِى الْمَسْجِدِ تَدْفِنُهَا أَوِ الشَّىْءُ تُنَحِّيهِ عَنِ
الطَّرِيقِ فَإِنْ لَمْ تَقْدِرْ فَرَكْعَتَا الضُّحَى تُجْزِئُ عَنْكَ
“Manusia
memiliki 360 persendian. Setiap persendian itu memiliki kewajiban untuk
bersedekah.” Para sahabat pun mengatakan, “Lalu siapa yang mampu bersedekah
dengan seluruh persendiannya, wahai Rasulullah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam lantas mengatakan, “Menanam bekas ludah di masjid atau menyingkirkan
gangguan dari jalanan. Jika engkau tidak mampu melakukan seperti itu, maka
cukup lakukan shalat Dhuha dua raka’at.” (HR. Ahmad, 5: 354. Syaikh Syu’aib
Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih ligoirohi)
Imam
Nawawi rahimahullah mengatakan, “Hadits dari Abu Dzar adalah dalil
yang menunjukkan keutamaan yang sangat besar dari shalat Dhuha dan
menunjukkannya kedudukannya yang mulia. Dan shalat Dhuha bisa cukup dengan dua
raka’at” (Syarh Muslim, 5: 234).
Muhammad
bin ‘Ali Asy Syaukani rahimahullah mengatakan, “Hadits Abu Dzar
dan hadits Buraidah menunjukkan keutamaan yang luar biasa dan kedudukan yang
mulia dari Shalat Dhuha. Hal ini pula yang menunjukkan semakin disyari’atkannya
shalat tersebut. Dua raka’at shalat Dhuha sudah mencukupi sedekah dengan 360
persendian. Jika memang demikian, sudah sepantasnya shalat ini dapat dikerjakan
rutin dan terus menerus” (Nailul Author, 3: 77).
Kedua:
Akan dicukupi urusan di akhir siang
Dari
Nu’aim bin Hammar Al Ghothofaniy, beliau mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَا ابْنَ
آدَمَ لاَ تَعْجِزْ عَنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ أَكْفِكَ
آخِرَهُ
“Allah
Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, janganlah engkau tinggalkan empat raka’at
shalat di awal siang (di waktu Dhuha). Maka itu akan mencukupimu di akhir siang.”
(HR. Ahmad (5/286), Abu Daud no. 1289, At Tirmidzi no. 475, Ad Darimi no. 1451
. Syaikh Al Albani dan Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Penulis
‘Aunul Ma’bud –Al ‘Azhim Abadi- menyebutkan, “Hadits ini bisa mengandung
pengertian bahwa shalat Dhuha akan menyelematkan pelakunya dari berbagai hal
yang membahayakan. Bisa juga dimaksudkan bahwa shalat Dhuha dapat menjaga
dirinya dari terjerumus dalam dosa atau ia pun akan dimaafkan jika terjerumus
di dalamnya. Atau maknanya bisa lebih luas dari itu.” (‘Aunul Ma’bud, 4: 118)
At
Thibiy berkata, “Yaitu engkau akan diberi kecukupan dalam kesibukan dan
urusanmu, serta akan dihilangkan dari hal-hal yang tidak disukai setelah engkau
shalat hingga akhir siang. Yang dimaksud, selesaikanlah urusanmu dengan
beribadah pada Allah di awal siang (di waktu Dhuha), maka Allah akan mudahkan
urusanmu di akhir siang.” (Tuhfatul Ahwadzi, 2: 478).
Ketiga:
Mendapat pahala haji dan umrah yang sempurna
Dari
Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
« مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِى جَمَاعَةٍ ثُمَّ
قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ
كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ ». قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى
الله عليه وسلم- « تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ
“Barangsiapa
yang melaksanakan shalat shubuh secara berjama'ah lalu ia duduk sambil
berdzikir pada Allah hingga matahari terbit, kemudian ia melaksanakan shalat
dua raka'at, maka ia seperti memperoleh pahala haji dan umroh.” Beliau pun
bersabda, “Pahala yang sempurna, sempurna dan sempurna.” (HR. Tirmidzi no.
586. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Al
Mubaarakfuri rahimahullah dalam Tuhfatul Ahwadzi bi Syarh Jaami’ At
Tirmidzi (3: 158) menjelaskan, “Yang dimaksud ‘kemudian ia melaksanakan
shalat dua raka’at’ yaitu setelah matahari terbit. Ath Thibiy berkata, “Yaitu
kemudian ia melaksanakan shalat setelah matahari meninggi setinggi tombak,
sehingga keluarlah waktu terlarang untuk shalat. Shalat ini disebut pula shalat
Isyroq. Shalat tersebut adalah waktu shalat di awal waktu.”
Keempat:
Termasuk shalat awwabin (orang yang kembali taat)
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
لا يحافظ على صلاة الضحى إلا أواب، وهي صلاة
الأوابين
“Tidaklah
menjaga shalat sunnah Dhuha melainkan awwab (orang yang kembali taat). Inilah
shalat awwabin.” (HR. Ibnu Khuzaimah, dihasankan oleh Syaikh Al Albani
dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib 1: 164). Imam Nawawi rahimahullah
berkata, “Awwab adalah muthii’ (orang yang taat). Ada pula ulama yang
mengatakan bahwa maknanya adalah orang yang kembali taat” (Syarh Shahih Muslim,
6: 30).
Semoga
Allah memberikan kita hidayah dan taufik untuk merutinkan shalat yang mulia
ini. Wallahu waliyyut taufiq.